TUGAS PERTEMUAN 12 PENGEMBANGAN EVALUASI

Ringkasan Komparatif - Pengembangan Evaluasi dan Nilai

RINGKASAN KOMPARATIF

EVALUASI DARING MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Nama : YANA YUHANA
NIM : 2281130627
Program Studi : PJJ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kelas / Kode Kelas : A13 / PAIJ.6020
Jumlah Peserta : 46
Mata Kuliah : Pengembangan evaluasi dan penilaian Hasil
Dosen Pengampu : NANA PRIAJANA

Pendahuluan

Ringkasan komparatif ini menganalisis empat artikel yang membahas integrasi teknologi dan strategi inovatif dalam evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Keempat artikel tersebut adalah: (1) Susanto (2023) mengenai *Assessment dan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis IT* (IT-based Assessment); (2) Syarif, Huda, & Hermina (2024) tentang *Integrasi Teknologi Dalam Evaluasi Pendidikan Islam: Studi Literatur Tentang E-Assessment Dan Big Data*; (3) Zubair, Mu'mini, Kurnia, & Bashith (2024) mengenai *Strategi Inovatif Dalam Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam*; dan (4) Risyawal M., Nasution, & Asra (2023) tentang *Efektivitas Pemanfaatan Aplikasi Google Form*. Analisis ini bertujuan menyoroti tiga aspek krusial: strategi evaluasi daring yang diusulkan, efektivitas dan hambatan penggunaannya, serta relevansinya terhadap evaluasi daring PAI di lingkungan sekolah.

I. Strategi Evaluasi Daring yang Diusulkan

Strategi yang diusulkan oleh keempat artikel membentuk spektrum lengkap, mulai dari alat sederhana yang mudah diimplementasikan hingga kerangka konseptual canggih yang memerlukan infrastruktur dan keahlian tinggi. Secara umum, strategi-strategi ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: Instrumen Spesifik Berbasis Aplikasi dan Kerangka Evaluasi Holistik Berbasis Digital.

A. Instrumen Spesifik Berbasis Aplikasi

Artikel Risyawal M. dkk. (2023) secara spesifik menguji Aplikasi Google Form sebagai media evaluasi modern. Google Form diidentifikasi sebagai alat yang sangat praktis dan efektif untuk pelaksanaan tes kognitif (pilihan ganda) dalam mata pelajaran Agama/PAI, baik dalam mode daring maupun luring. Kegunaannya terletak pada kemudahan penyusunan soal dan otomatisasi penilaian. Sementara itu, Artikel Susanto (2023) menyebutkan variasi instrumen digital seperti *E-test, E-quiz, E-tugas,* dan *E-project* sebagai bagian dari sistem evaluasi berbasis IT, yang dapat diimplementasikan melalui berbagai platform (misalnya Google Classroom atau Moodle).

B. Kerangka Evaluasi Holistik Berbasis Digital

Kerangka ini berfokus pada evaluasi yang lebih komprehensif, melampaui aspek kognitif. Artikel Syarif dkk. (2024) menyoroti E-Assessment dan, yang lebih penting, pemanfaatan Big Data Analysis. Big Data memungkinkan pengumpulan dan analisis data perilaku siswa secara ekstensif (seperti interaksi di platform daring, frekuensi akses materi, hingga kualitas esai digital), memberikan wawasan yang mendalam mengenai perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik PAI. Artikel Zubair dkk. (2024) mengintegrasikan penggunaan teknologi dengan strategi penilaian otentik seperti Penilaian Berbasis Kinerja (menggunakan rubrik digital), Evaluasi Diri, dan *Peer Assessment*. Pendekatan ini relevan untuk PAI karena bertujuan mengukur implementasi nilai-nilai keagamaan, yang sulit diukur hanya dengan tes kognitif.

Artikel Strategi Evaluasi Daring Utama & Fokus
Susanto (2023) Sistem Berbasis IT (E-Test, E-Quiz, E-Portfolio). Fokus: Efisiensi dan Umpan Balik Cepat.
Syarif, dkk. (2024) E-Assessment, Platform Daring, & Big Data Analysis. Fokus: Analisis Komprehensif (Kognitif, Afektif, Psikomotorik) dan Kualitas Data.
Zubair, dkk. (2024) Strategi Inovatif (Penilaian Berbasis Kinerja & Penggunaan Teknologi). Fokus: Penilaian Otentik, Holistik, dan Keterlibatan Siswa.
Risyawal M., dkk. (2023) Pemanfaatan Aplikasi Google Form. Fokus: Implementasi Praktis, Kemudahan, dan Efektivitas Biaya untuk Tes Kognitif.

II. Efektivitas dan Hambatan Penggunaan

A. Efektivitas (Manfaat Implementasi)

Efektivitas penerapan strategi evaluasi daring sangat menonjol di beberapa area. Pertama, efisiensi dan kemudahan administrasi meningkat secara drastis, mengurangi waktu koreksi manual guru PAI. Kedua, umpan balik instan memungkinkan siswa segera mengidentifikasi area kelemahan mereka, mendukung perbaikan belajar yang berkelanjutan. Ketiga, integrasi dengan platform daring menjamin aksesibilitas dan fleksibilitas dalam waktu dan lokasi evaluasi, serta mempermudah dokumentasi proses belajar melalui fitur seperti *E-portfolio*. Keempat, potensi Big Data membuka peluang untuk mendapatkan pola belajar dan performa siswa yang tersembunyi, yang tidak dapat diakses melalui metode penilaian tradisional. Hal ini penting untuk mengidentifikasi keberhasilan program PAI secara lebih akurat.

B. Hambatan (Tantangan Implementasi)

Meskipun efektif, semua artikel sepakat bahwa adopsi evaluasi daring di PAI menghadapi hambatan serius yang memerlukan perhatian serius:

  • Kesenjangan Digital dan Infrastruktur: Ini adalah hambatan teknis yang paling mendasar. Keterbatasan akses internet yang stabil dan kepemilikan perangkat yang memadai di kalangan siswa dan sekolah/madrasah menjadi penghalang utama.
  • Kesiapan dan Resistensi Guru: Guru PAI, khususnya yang senior, mungkin menunjukkan resistensi terhadap perubahan dan kurangnya kompetensi dalam memanfaatkan teknologi secara optimal (Kurangnya *Technological Pedagogical Content Knowledge* atau TPCK). Kekhawatiran guru bahwa teknologi mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam juga menjadi kendala.
  • Tantangan Mengukur Aspek Afektif/Psikomotorik PAI: Ini adalah hambatan substantif PAI. Evaluasi daring konvensional cenderung fokus berlebihan pada aspek kognitif (pengetahuan). Sementara itu, tujuan utama PAI adalah pembentukan *akhlakul karimah* (afektif) dan praktik ibadah (psikomotorik). Terdapat kesulitan dalam mengembangkan instrumen yang valid dan reliabel untuk mengukur sikap dan perilaku keagamaan yang abstrak secara daring.
  • Kendala Teknis Spesifik: Artikel Risyawal M. dkk. (2023) mencatat masalah praktis seperti keterbatasan pengetikan aksara Arab/huruf latin di aplikasi sederhana (Google Form) dan kebutuhan alokasi waktu yang lebih panjang.

III. Relevansi Artikel untuk Evaluasi Daring PAI di Sekolah

Relevansi keempat artikel ini terhadap evaluasi PAI di sekolah tidak hanya tinggi, tetapi juga memberikan perspektif yang berjenjang:

  1. Relevansi pada Tingkat Implementasi Dasar (Risyawal M. dkk., 2023): Studi kasus tentang Google Form sangat relevan bagi guru PAI yang baru memulai transisi digital. Ini adalah bukti bahwa evaluasi daring dapat dilakukan dengan alat yang mudah diakses, minim biaya, dan memiliki kurva pembelajaran yang rendah. Ini menjadi langkah awal yang penting untuk mengatasi resistensi guru dan keterbatasan anggaran sekolah.
  2. Relevansi pada Tingkat Konseptualisasi (Susanto, 2023): Artikel ini memberikan dasar bagi guru untuk melihat evaluasi daring sebagai sistem yang lebih luas (*E-portfolio, E-project*), bukan hanya sekadar tes. Hal ini mendorong guru PAI untuk mendokumentasikan proses belajar siswa (misalnya rekaman praktik ibadah atau proyek sosial keagamaan) secara digital.
  3. Relevansi pada Tingkat Inovasi Holistik (Zubair dkk., 2024): Artikel ini mendesak guru PAI untuk mengintegrasikan evaluasi daring dengan penilaian otentik seperti Penilaian Berbasis Kinerja dan Evaluasi Diri. Relevansinya adalah dalam mendukung evaluasi *akhlakul karimah* dan kompetensi praktik ibadah, yang merupakan jantung PAI, dengan menggunakan rubrik digital dan *peer review* yang lebih objektif.
  4. Relevansi pada Tingkat Pengembangan Jangka Panjang dan Kualitas (Syarif dkk., 2024): Artikel tentang Big Data adalah yang paling relevan untuk keputusan manajerial dan kebijakan pendidikan di tingkat institusi. Ini menyarankan perlunya investasi dalam sistem yang dapat menganalisis data ekstensif untuk memastikan bahwa kurikulum PAI benar-benar menghasilkan perubahan sikap dan perilaku, bukan sekadar nilai ujian. Lebih lanjut, artikel ini memberikan peringatan kritis tentang urgensi mengatasi kesenjangan digital agar evaluasi daring tidak menciptakan ketidakadilan pendidikan.

Kesimpulan Komparatif

Secara komparatif, keempat artikel membentuk narasi yang kuat: Evaluasi daring PAI adalah keniscayaan yang harus dilakukan secara bertahap dan terencana.

Transisi harus dimulai dengan alat-alat yang terjangkau dan mudah digunakan (seperti Google Form), sebagaimana dibuktikan oleh Risyawal M. dkk. Langkah berikutnya adalah perluasan instrumen menjadi *E-portfolio* dan penilaian kinerja berbasis digital untuk menangkap spektrum luas tujuan PAI (Susanto dan Zubair dkk.). Tantangan terbesar terletak pada pengembangan instrumen yang canggih untuk mengukur dimensi afektif dan psikomotorik yang sarat nilai agama, sekaligus mengatasi kendala fundamental kesenjangan digital dan resistensi guru (Syarif dkk. dan Zubair dkk.).

Pada akhirnya, teknologi harus berfungsi sebagai pendukung evaluasi yang berkarakter dan inklusif. Keberhasilan evaluasi daring PAI tidak diukur dari seberapa canggih platform yang digunakan, melainkan seberapa efektif platform tersebut membantu guru PAI untuk menilai dan membimbing siswa agar mencapai tujuan utama PAI: pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang benar dan berintegritas.

Daftar Pustaka

  1. Risyawal M., R., Nasution, A. H., & Asra, M. (2023). Efektivitas Pemanfaatan Aplikasi Google Form Sebagai Media Evaluasi Pembelajaran Modern pada Mata Pelajaran Agama di MAN 1 Kolaka. *Jurnal Kolaboratif Sains*, 6(8), 2465-2475.
  2. Susanto, A. (2023). Assessment dan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis IT. *Jurnal Tahsinia*, 4(2), 338-349.
  3. Syarif, J., Huda, N., & Hermina, D. (2024). Integrasi Teknologi Dalam Evaluasi Pendidikan Islam: Studi Literatur Tentang E-Assessment Dan Big Data. *Jurnal Evaluasi Pendidikan*, 15(2), 1-15.
  4. Zubair, L., Mu'mini, D. A., Kurnia, Z. A., & Bashith, A. (2024). Strategi Inovatif Dalam Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan. *Jurnal Pendidikan Indonesia*, 5(11), 1-12.

Posting Komentar

0 Komentar